PENYEBAB DAN PROSES CEDERA OLAHRAGA
PENYEBAB DAN PROSES CEDERA OLAHRAGA
PENJELASAN UMUM
Menurut Petersion (1986) menjelaskan cedera yang sering terjadi pada atlet
adalah sprain yaitu cedera apa sendi yang mengakibatkan robekan pada ligament. Sprain
terjadi karena adanya tekanan yang berlebihan dan mendadak pada sendi, atau
karena penggunaan berlebiha yang berulang-ulang. Sprain ringan biasanya
disertai hematom dengan sebagain serabut ligament putus, sedangkan pada sprain
sedang terjadi efusi cairan yang menyebabkan bengkak. Pada sprain berat seluruh
serabut ligament putus segingga tidak bisa dapat digerakan sepertibiasanya dan
aktivitas sangat terganggu sekali akibat cedera dan rasa nyeri yang hebat,
pembengkakan dan adanya darah pada sendi.
Cedera olahraga berat yang sering terjadi pada
olahragawan adalah patah tulang yang dapat dibagi menjadi dua yaitu patah
tulang terbuka dan tertutup. Patah tulang terbuka terjadi apabila pecahan
tulang melukai kulit, sehingga tulang akan terlihat dari luar. Sedangkan pada
patah tulang terutup, pecahan tulang tidak sampai menembus permukaan kulit. Pada
kasus patah tulang, seseorang harus berhenti dari pertandingan atau proses berlangsungnya
olahraga dan secepatmungkin harus dibawa ke professional cedera karena harus di
reposisi secepatnya. Reposisi yang dilakukan sebelum lima belas menit akan
memberikan hasil yang memuaskan karena pada saat itu belum terjadi sakit pada
tulang (neural shock). Setelah tulang
direposisi biasanya dipasang spalk untuk mempertahan kan posisi dan sekaligus
menghentikan pendarahan (Kullun, 1988).
Baca Juga: Cara Pencegahan Cedera Olahraga
PENYEBAB
CEDERA OLAHRAGA
Menurut Setiawan (2011, p. 95) menjelaskan penyebab cedera olahraga biasanya terjadi
karena trauma atau benturan langsung ataupun latihan yang berulang-ulang dengan
waktu yang lama. Penyebab ini dapat dibedakan menjadi:
1.
Faktor
Dari Luar
a. Body contactsport, sepakbola, basketball, tinju,
karate.
b. Alat Olahraga: raket, stick, bola dan sebagainya.
c. Kondisi Lapngan: licin, kasar, berkerikil, tidak
rata dan besek.
2.
Faktor
Dari Dalam
a. Faktor Anatomi: panjang tungkai yang tidak sama,
arcus kaki rata, kaki jinjit, sehingga pada saat seseorang berlari akan
menggangu proses gerakan.
b. Latihan gerakan atau pukulan yang keliru misalnya:
pukulan backhand.
c. Adanya kelemahan otot.
d. Tingkat kebugaran rendah.
3.
Penggunaan
yang berlebihan atau overuse. Gerakan
atau latihan yang berlebihan dan berulang-ulang dalam waktu yang relative lama
atau mikro trauma dapat menyebabkan cedera.
Baca Juga: Prinsip-prinsip Latihan
Berat ringannya cedera meliputi:
1.
Cedera
Ringan, Cedera yang tidak diikuti kerusakan berate pada sebuah jaringan tubuh,
bengkak tidak mempengaruhi tampilan, contohnnya seperti lecet dan memar.
2.
Cedera
Sedang, adanya kerusakan jaringan, nyeri, bengkak nyata, mengganggu penampilan,
contohnya sprain, strain grade.
3.
Cedera
Berat, kerusakan jaringan patah, bengkak besar, nyeri tidak tertahankan, tidak
bisa tampil atau harus berhenti olahraga (Setiawan, 2011).
PROSES
MEKANISME TERJADINYA CEDERA OLAHRAGA
Menurut Setiawan (2011, p. 96) dalam jurnal ilmiahnya menjelaskan proses mekanisme
terjadinya cedera olahraga dapat dibedakan menjadi beberapa tahap, yaitu:
1.
Traksi
Jaringan mengalami tarikan yang cukup kuat melebihi
batas kelenturan sehingga mengakibatkan kerobekan pada otot atau ligament,
misalnya tarikan tendo akhiles, bahkan bisa putus pada saat melompat, lari
ataupun loncat.
Baca Juga: Pendidikan Jasmani Secara Umum
2.
Kompresi
Jaringan mengalami tekanan oleh beban yang berlebih,
misalnya sering melakukan gerakan loncat, loncat jongkok, akan mengakibatkan
tekanan pembebanan pada sendi lutut ataupun penekanan oleh berat badan yang
berlebih.
3.
Torsi
Jaringan mengalami putaran mendadak atau tiba-tiba
pada saat jaringan mengalami pembebanan. Misalnya, sewaktu melompat, saat
menginjakan kaki ke tanah tubuh berputar arah sehingga minimbulkan kerusakan
jaringan di sekitar lutut. Ataupun pada permainan sepak bola ketika sedang
mengejar bola, berhenti mendadak disertai berputar badan.
4.
Bending
jaringan mengalami penekukan berlebih oleh adanya gaya yang sangat kuat. Misalnya
pada pemain bola voly ketika melakukan smas dengan meloncat dan turun dengan posisi
pergelangan kaki menekuk, sehingga mengakibatkan kerobekan ligament talofibolare
atau ketika berlari salah satu kaki terpelosok pada suatu lubang sempit
sehingga sendi lutut seperti diluruskan secara paksa atau tulang betis tertekuk
dan mengakibatkan patah tulang.
5.
Stess
Geser
Adanya gaya saling menggeser berlawan arah seperti
menggunting pada sendi atau cartilage
articularis. Misalnya lari cepat mengejar bola berhenti tiba-tiba. Badan condong
kedepan dan lutut menekuk.
6.
Pembebanan
yang berulang-ulang walaupun kecil tapi dapat mengakibatkan cedera, misalnya
pada pelari jarak jauh, pemain tenis dan pemain sepedah.
(Setiawan, 2011).
Baca Juga: Indeks Masa Tubuh dan Menghitung IMT
Jangan Lupa Langganan (Gratis), Share dan Comment Agar
Tidak Ketinggalan Artikel Terbaru Dari Journal Extract. Terimakasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Kullun, D. N.
(1988). The Injured Athlete, 2 and
edition. J.B Leppinicott Coy Philadelphia.
Petersion,
L. R., P. . (1986). Sport Injury.
London.
Setiawan, A. (2011). Faktor Timbulnya
Cedera Olahraga. J Media Ilmu
Keolahragaan Indonesia, 1(1).
Komentar
Posting Komentar