PEDAGOGI OUTDOOR EDUCATION) DALAM PENDIDIKAN JASMANI
PEDAGOGI
OUTDOOR EDUCATION) DALAM PENDIDIKAN JASMANI
(Outdoor Education)
Menurut Yani,
A. (2021) Menyebutkan
Outdoor education merupakan salah satu materi pembelajaran pendidikan jasmani
yang bersifat lebih komprehensif. Karena dalam pembelajarannya lebih
berorientasi pada pengalaman peserta didik. Dalam proses pembelajaran outdoor
education menggunakan setting alam terbuka. Dengan kata lain, alam terbuka
menjadi sumber pembelajaran yang menjadi ciri khas materi pembelajaran dalam outdoor
education.
Outdoor
education adalah pendekatan pendidikan yang melibatkan pembelajaran di
lingkungan alam terbuka atau luar ruangan. Ini berbeda dengan pendekatan
pendidikan konvensional di dalam kelas, di mana siswa terlibat dalam kegiatan
pembelajaran yang langsung terhubung dengan alam dan menggunakan lingkungan
luar sebagai sumber pembelajaran utama.
Tujuan
utama dari outdoor education adalah untuk memberikan pengalaman langsung kepada
siswa di alam terbuka agar mereka dapat mengembangkan pemahaman yang mendalam
tentang lingkungan alam, memperoleh keterampilan praktis, dan meningkatkan
aspek-aspek pribadi dan sosial mereka. Beberapa aspek yang ditekankan dalam
outdoor education meliputi:
1.
Pembelajaran eksperiential: Outdoor education melibatkan pembelajaran langsung
dan pengalaman nyata di luar ruangan. Siswa terlibat dalam kegiatan fisik,
seperti hiking, camping, orienteering, atau pengamatan alam, yang memungkinkan
mereka mempelajari dan menerapkan pengetahuan secara praktis.
2.
Keterampilan alam dan bertahan hidup: Siswa diberikan kesempatan untuk
mempelajari keterampilan yang berkaitan dengan kehidupan di alam terbuka,
seperti membangun tenda, membuat api unggun, navigasi menggunakan peta dan
kompas, atau belajar tentang flora dan fauna.
3.
Pengembangan diri: Outdoor education mendukung pengembangan aspek pribadi
siswa, seperti kepercayaan diri, kemandirian, kepemimpinan, kerja tim, dan rasa
tanggung jawab. Melalui tantangan fisik dan mental yang dihadapi di alam
terbuka, siswa dapat mengatasi ketakutan, mengembangkan rasa percaya diri, dan
memperluas batas kemampuan mereka.
4.
Kesadaran lingkungan: Outdoor education membantu siswa mengembangkan rasa
tanggung jawab dan kepedulian terhadap lingkungan alam. Dalam proses
pembelajaran di luar ruangan, mereka belajar tentang pentingnya pelestarian
alam, keanekaragaman hayati, konservasi sumber daya, dan dampak manusia
terhadap lingkungan.
Outdoor
education dapat dilakukan melalui program-program pendidikan formal di sekolah,
program ekstrakurikuler, atau lembaga pendidikan luar ruangan. Dalam semua
kasus, tujuan utama adalah mengintegrasikan pembelajaran di alam terbuka dengan
kurikulum akademik dan memberikan pengalaman belajar yang holistik dan
berdampak bagi siswa.
Outdoor Education dalam Pendidikan Jasmani
“Area alami memberikan manfaat penting untuk
kesejahteraan fisik dan mental” (Charles et al, 2008; Ryan et al., 2010),
“Kedekatan dengan ruang hijau juga meningkatkan
kesehatan mental dan mengurangi stress”(e.g., Thompson et al., 2012).
(Mackenzie, 2017).
Makna Outdoor Education
- Menurut (Ford, P. M 1981) “bahwa pembelajaran outdoor education menekankan pada pembelajaran yang
melibatkan aspek pengetahuan, keterampilan dan karakter peserta didik.
- Lebih jauh
Palavan et al (2016) menjelaskan ” “Pendidikan luar ruang berfokus pada
eksperimen, pembelajaran langsung di lingkungan kehidupan nyata melalui
indera, misalnya, melalui sarana visual, pendengaran, dan tekstur,
meningkatkan pembelajaran siswa dan retensi pengetahuan sebagai hasilnya”.
- pendapat Yuliarto (2010), “Outdoor education melibatkan pengalaman
yang membutuhkan pastisipasi siswa untuk mengikuti tantangan petualangan
yang ditawarkan oleh outdoor education seperti mendaki gunung, hiking,
camping, dll.”
Beberapa konsep yang melandasi outdoor
education
Tantangan Pendidikan Luar Ruang
Sementara pendidikan luar ruang bisa sangat
bermanfaat, itu juga menghadirkan tantangan unik. Salah satu tantangan terbesar
adalah keamanan. Kegiatan di luar ruangan seperti hiking dan panjat tebing bisa
berbahaya jika tindakan pencegahan yang tepat tidak dilakukan.
Tantangan lainnya adalah aksesibilitas. Tidak semua
sekolah memiliki akses ke kawasan alami di mana pendidikan luar ruang dapat
dilakukan. Hal ini dapat membatasi kesempatan bagi beberapa siswa untuk
berpartisipasi dalam program ini.
Materi
Outdoor Education
Materi
dalam outdoor education sungguh beragam. Namun pada intinya kegiatan materi
pembelajaran tersebut dilakukan dengan setting alam terbuka. Seperti hiking,
camping, tracking, susur gua, jelajah alam terbuka dll.
HAKIKAT BERMAIN PADA ANAK
Menurut
Hurlock (1993): Fitrah anak adalah bermain. Bermain merupakan kebutuhan primer
bagi anak-anak. Terlebih bagi anak usia dini, bermain menjadi dunia yang tidak
bisa terpisahkan dari ”.
Tentang definisi bermain menurut Goldstein (2012)
“Bermain sebagai aktivitas apa pun yang dipilih secara bebas, dimotivasi secara
intrinsik, dan diarahkan secara pribadi. Itu berdiri di luar kehidupan 'biasa',
dan tidak serius tetapi pada saat yang sama menyerap pemain secara intens. Ia
tidak memiliki tujuan khusus selain dirinya sendiri “
Gultom (2019:3): “Sedangkan bermain merupakan kegiatan
yang dilakukan anak secara spontan karena disenangi dan sering tanpa tujuan
tertentu. Bagi anak, bermain merupakan suatu kebutuhan yang diperlukan agar ia
dapat berkembang secara wajar dan utuh, menjadi orang dewasa yang dapat
menyesuaikan dan membangun
ciri-ciri
aktivitas yang dipandang bermain itu adalah:
- Dilakukan dengan suka rela, anak
melakukan kegiatan bermain tanpa ada unsur paksaan dari mana pun.
- Dilakukan secara spontan. Anak akan
spontan melakukan kegiatan bermain saat anak ingin melakukan
- Berorientasi pada proses, bukan pada
hasil. Yang terpenting bagi anak adalah bagaimana proses bermain, bukan
bagaimana hasil permainan
- Menghasilkan kepuasan, anak yang
melaksanakan kegiatan bermain, dengan otomatis memiliki kepuasan
tersendiri. (Raihan 2005:85)
TAHAPAN
BERMAIN PADA ANAK
Manfaat Bermain bagi Anak
- Perkembangan Motorik
- Perkembangan Kognitif
- Perkembangan Sosial
Konsep
Perkembangan Motorik pada Anak
Menurut
Sujiono dan Sujiono (2010:45), “motorik kasar adalah aktifitas gerak tubuh yang
melibatkan otot besar seperti merayap, berguling, merangkak, duduk, berdiri,
berjalan, lari, lompat, dan berbagai aktivitas menendang serta aktivitas
melempar dan menangkap.’’
Sedangkan
Kemampuan motorik Halus menurut Mahendra (2012) “Kemampuan motorik halus adalah
kemampuan dasar otot-otot kecil seperti menulis, menggambar, makan minum.
Faktor
yang Memengaruhi Motorik Anak
Menurut
Wiyani (2014:38-41)
terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan fisik motorik pada
anak usia dini antara:
- Faktor Makanan
- Faktor Pemberian Stimulus
- Kesiapan Fisik
Pengaruh Permainan dalam outdoor education terhadap
Kemampuan Motorik Anak
Menurut
Goldstein (2012:3) dalam hal fisik motorik, bermain dapat meningkatkan:
- Mengurangi stres, kelelahan, cedera,
dan depresi
- Meningkatkan jangkauan gerak,
kelincahan, koordinasi, keseimbangan, fleksibilitas, dan halus dan kasar
motor
Konsep Perkembangan Kognitif pada
Anak
Beberapa
ahli pendidikan mendefinisikan kognitif dengan berbagai pendapat seperti halnya
definisi menurut Gardner (Susanto 2011:47) mengemukakan bahwa “kemampuan
kognitif sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk menciptakan
karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan atau lebih”.
Menurut
Yulistari (2018) Kemampuan kognitif merupakan bagian dari proses berpikir otak
dalam menerima dan mengolah informasi yang diterima sehingga anak mampu untuk
mengingat, memahami dan menerapkan segala pengetahuannya dalam memecahkan
masalah sederhana untuk dapat menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian.
Pengaruh
Aktivitas Permainan dalam outdoor
education terhadap Perkembangan Kognitif Anak
Goldstein
(2012:3) mengungkapkan bahwa:
“Bermain aktif memiliki efek paradoks dalam meningkatkan rentang perhatian dan
meningkatkan efisiensi berpikir dan pemecahan masalah. Bermain aktif selama dua
jam per hari dapat membantu mengurangi hiperaktif.”
Jika
merujuk pada pendapat diatas bermain pada anak punya efek yang sangat baik
untuk pekembangan kognitif anak diantaranya adalah meningkatkan fokus/
perhatian dan meningkatkan efisiensi pemikiran dan pemecahan masalah. Dua jam
bermain aktif per hari dapat membantu mengurangi kurang fokus dan hiperaktif
pada anak.
Konsep
Perkembangan Sosial Anak
Permasalahan
anak dalam bidang sosial sering menjadi penyulut konflik yang lebih jauh pada
kalangan anak-anak di masyarakat secara umum. Hal tersebut dapat membentuk anak
menjadi manja, pemalu, tingkah laku agresif, negativisme, perilaku merusak dan
berkuasa.
Menurut
Suryani (2019), kemampuan sosial emosional merupakan salah satu dari pendukung
multiple intelligence. Skil ini mutlak diperlukan bagi setiap individu untuk
menghadapi lingkungan masyarakat di sekitarnya. Sehingga lebih baik jika
kemampuan ini di latih sejak usia dini.
Menurut
Mildred Parten dalam Rohmah (2016) dilihat dari perkembangan sosial, bermain
dapat dikelompokkan menjadi lima macam:
- Solitary games (bermain sendiri)
- Onlooker games (bermain dengan
melihat temannya bermain)
- Parallel games (bermain paralel
dengan temannya), bermain dengan materi yang sama, tetapi masing-masing
bekerja sendiri
- Associative games (bermain
beramai-ramai), anak bermain bersama-sama tanpa ada suatu organisasi
- Cooperative games (bermain kooperatif),
ada aturan dan pembagian peran, salah satu anak menolak bermain, permainan
tidak akan terlaksana.
Komentar
Posting Komentar